Wednesday, September 7, 2011

Mengapa petani lahan kering tetap mengusahakan sejumlah komoditi tanaman pangan tradisional (jagung, ubi jalar, dsb.), walaupun disadari bahwa ada sejumlah komoditi pangan lainya yang lebih prospektif memberikan keuntungan?

Fred L. Benu  

Perlu dipahami bahwa pilihan bididaya tanaman pada lahan kering tidak semata pertimbangan aspek ekonomi semata. Aspek sosial budaya juga sangat dominan mendeterminasi ragaan usaha pertanian lahan kering. Bahkan, dalam banyak contoh, aspek sosial budidaya ini justeru lebih dominan mendeterminasi corak usaha pertanian lahan kering dibanding aspek ekonomi.  Sebut saja orang Timor yang tetap saja mempertahankan komoditi jagung dan ubikayu pada lahan usahatani mereka, walaupun disadari bahwa komoditi ini, khususnya varietas lokal, tidak memiliki prospek ekonomi yang cukup baik.  Orang Timor tetap mengusahakan komoditi jagung varietas lokal karena komoditi ini adalah komoditi pangan pokok bagi hampir semua petani lahan kering di Timor. Mereka tidak berpikir tentang bagaiman produksi jangung ini akan dijual, tapi bagaimana produksi jagung dapat dipakai untuk konsumsi keluarga mereka selama satu musim tanam.  Jadi, ketahanan pangan (food security) yang menjadi kepentingan utama.  Memang orang lain dapat saja mengatakan bahwa produksi jangung dapat dijual untu kemudian income yang diperoleh dari hasil penjualan dapat dipakai untuk membeli pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Tapi petani lahan kering di Timor tidak berpikir demikian. Mereka tidak mau mengambil risiko dua kali, yaitu risiko keberhasilan produksi dan risiko prospek harga.  Cukup mereka menghadapi risiko keberhasian produksi saja dan itu semata diserahkan pada kemurahan alam.  Dimensi berpikir mereka bersifat linear, yaitu deminsi “tangan ke mulut”. Atau, kalaupun mungkin sudah sedikit lebih berorientasi pasar, dimensi yang digagas tetap tidak jauh bergeser dari “tangan – mulut – pasar”. Maksud nya, mereka benar-benar mengutamakan food security dan hanya kelebihan produksi yang dijual untuk memenuhi kebutuhan sekunder lainnya.  Mereka belum mampu untuk dipaksa berpikir dalam dimensi “tangan – pasar – mulut”.  Pada saat pasar sekarang menuntut orang untuk berperspektif “produksi karena bisa dijual” dan tidak lagi “jual karena bisa diproduksi”, para petani lahan kering kita masih berperspektif “produksi karena bisa dimakan”.


Demikian pula cerita orang Papua yang selalu menanam ubi jalar pada lahan usaha mereka atau minimal membiarkan tanaman sagu tetap mendominasi lahan yang mereka kuasai.  Tujuannya tidak lain adalah orientasi ketahanan pangan tadi. Mereka tidak mungkin mengganti tanaman ubi dan sagu yang ada di lahan usaha mereka dengan komoditi modern yang lebih memiliki prospek keuntungan karena, di samping kurangnya akses terhadap sumber permodalan maupun akses pasar, kedua komoditi tadi sudah menjadi bagian dari budaya mereka. Kedua komoditi tadi akan selalu mendominasi pesta budaya yang dilakukan oleh masyarakat Papua sehingga tidak mungkin disubstitusi dengan komoditi modern lainnya. Nilai ekonomi yang ditawarkan oleh komoditi modern tidak dapat dibandingkan dengan nilai sosial budaya yang melekat pada kedua komoditi lokal tradisional tadi.

Itulah tantangan terbesar yang dihadapi dalam pembangunan lahan kering. Tantangan untuk menggiring perilaku petani lahan kering yang masih bercorak subsisten ke arah yang lebih modern. Mengubah perilaku petani lahan kering yang demikian tidaklah semudah membalik telapak tangan, tidak seperti biasanya kita berpikir secara linear. Dibutuhkan waktu yang sangat panjang karena bersangkut paut dengan proses kesadaran berpikir, dimulai dari tahapan sosialisasi, membangun pengetahuan, memahami, melakukan percobaan dan yang terakhir mengadopsi.

Referensi:



Pengutipan:
Benu, F.L. (2010) Asumsi awal mengatakan bahwa kemiskinan pada daerah dengan tipe pertanian lahan kering disebabkan oleh keterisolasian wilayah. Tapi mengapa setelah dilakukan pembangunan infrastruktur untuk membuka isolasi wilayah termasuk jalan dan moda transportasi, ternyata tidak mampu mendongkrat kinerja pembangunan pertanian lahan kering?? Dialektika Lahan Kering. Diakses pada (isi tanggal, bulan, tahun) dari: www.drylandcare.blogspot.com.





; 0 komentar:

Post a Comment

Silahkan memberikan komnetar maupun masukan untuk memperbaiki tayangan blog ini pada waktu-waktu mendatang

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites